Minggu, 15 Desember 2013

kata



kata seperti perpijakan yang bergelinyai,
Makin di tumpukan maka semakin mudah kita tergelincir
Kata seperti mentari yang enggan terbit,
Bermalas-malasan di balik bukit,
Hingga waktu merapal untuk mendesaknya pergi kemulut langit.

Kata sebungkam hirupan nafas yang tersengal,
Terburu-buru untuk menyatakan ketidaksetujuan.
Kata seperti mata yang berbicara,
Kata seperti telinga yang menyimak,
Kata seperti hati yang patuh.
Tapi kata-kata mu seperti bius yang lingkap dan mematikan senja yang mulai lindap.

Senin, 02 Desember 2013

keping kenangan 3 desember

desember kali ini begitu dingin,
hari-harinya tanggal bersama rinai-rinai embun yang menguap,
hujan juga memulangkan rindu pada kehangatan senyummu.
ketahuilah, tak ada yang berani keluar ketika hujan begitu rapat, tapi ini saat yang aku tunggu.
hujan selalu membuatku jengah tehadap kabutnya, bagaimana bisa sebagian orang menganggapnya tak berarti ?

desember kali ini begitu dingin,
hujan tak henti-hentinya mengadu pada desau angin yang menggusar,
apa yang diharapkan hujan ?
entahlah,
mungkin hujan tengah bergurau kepada aspal yang hampir meleleh bulan lalu,
mungkin juga hujan ingin berkisah tentang daun yang menar-nari tanggung.
desember,
geming hujanmu mengembalikan sadarku pagi ini,
cerita apa lagi yang hendak di bawanya, aku menunggu waktu bergerak lambat.
aku dengarkan bisikannya, pelan, pelan, naik dan akhirnya pecah menjadi sebuah serakan tawa.
ternyata hujan membawakan ku lagi sekeping cerita tentang desember.
tentang lari-larian semut bingung,
tentang sawah-sawah retak
tentang manusia yang haus.
begitu banyak,
tapi yang paling ku nikmati
 hujan menjawab rinduku tanpa sengaja.

Minggu, 01 Desember 2013

keping kenangan 24 juni


ini hanya sepenggal episode yang singgah dan meraja di dalam memoriku , menggerutui seluruh sel dan saraf otak agar selalu mengingat dan bersejerah tentang tokoh yang otoriter menjajah seluruh bagiannya , hingga bala tentara di dalam otakku melemah dan tunduk agar selalu mengingat namanya.
Bagaimana aku bisa mengategorikan secuil kisah tak berujung tetapi memiliki awal yang pasti, menjadi sepenggal episode bahagia, sedangkan akhirnyapun tak ada yang mengetahui kecuali_Nya , penguasa tunggal di muka bumi ini.
Entahlah, akupun hanya bisa berkisah bermaksud menghilangkan kebingungan dalam diri.
Awal yang pasti bahagia di dalam cerita ini adalah bertemu dan memulai kisah dengannya , menyeni bersama angan dan waktu yang merubahnya indah , tetapi aku tetap dalam kebingungan mengategorikan kisah ini , sekencang-kencang apapun aku berteriak dan menjerit , tetap tak akan ada jawaban pasti untuk itu, kecuali_Nya sang maha rahman dan rahim , pemilik kasih dan cinta semua hati.
Hingga hatiku di pautkan pada seseorang di sana , yang selalu membuat fikiran ku tenggelam bersama rindu yang di semaikan di antara bebatuan . yah , dia menyemaikan rindu di antara bebatuan . terkadang rindu itu menjelma menjadi kesakitan yang teramat menyiksa. Tetapi aku tetap ingin tenggelam bersama rindu yang di titipkannya , menikmati dan rasakan sampai perlahan hilang dan semua berubah menjadi sebuah ketenangan.
Bagaimana aku menemukannya kembali , di saat semua angin membawa semua serpihan jejaknya. Hanya benda-benda kecil yang tak sengaja di titipkan untukku menjadi peredam luka yang tertutup senyuman beku untuknya. Sebuah benda bergerak di benakku selingi setiap sukma yang berupaya melupakannya dalam kegetiran waktu.
Tangis ku jatuh , di kala sayu-sayup angin senja tapaki malam di sebuah alun- alun kecil. Teringat di saat aku dan dia menjuntai menunggu ricik-ricik riaknya menjamahku manja. Dia yang selalu mengajakku duduk di bawah temaram cahaya sembari menari bersama angan. Tak ada yang dapat bayangkan betapa bahagianya jiwa yang di pelihara keikhlasan , hingga aku dibuat terbang seperti burung , menghirup semua ruang-ruang ketenangan hingga jiwa dan sukmaku berisi sebuah cinta . kami tak saling diam , hanya saja cara kami bercerita berbeda dengan kalian. Kami mengutarakan maksud dengan dentingan kaleng-kaleng minuman , dengan riuh siul angin yang mengepul menjadi asap di sebuah pembakaran ranting yang lapuk. Dengan .tatapan damai yang tenang , dengan awan yang bersusun putih jingga di tempa bias mentari tenggelam , dengan rumput-rumput liar yang kami duduki. Yah kami bercerita dengan semua imajinasi yang tak seorangpun bisa mengetahuinya.
Dia menyanjungku dengan senandungnya , hingga mata yang lindap ini lambat laun terpejam dan terlelap , tanpa jeda kala itu. Nyanyiannya selalu temani malamku. Dia bersolek ria dengan petikan senar yang iringi lantunan melodinya , tak ada maksud apapun ,dia hanya ingin aku tertidur lelap dengan senyum kedamaian.
Dia seseorang yang berbeda , tak memberi ucapan dan kecupan menjelang tidurku , tetapi menghaturkan sebuah harapan setelah lelap menemuiku . harapan yang selalu ingin aku dengar , harapan kecilnya yang ingin aku tidak lagi bertingkah terlalu manja dan keras kepala , hanya dia seseorang yang begitu aku rindui di saat jiwa terombang-ambing kesedihan . dia berkata bukan untuk aku dengar, , melainkan dia berkata sesuatu yangs elalu tertanam di benakku.
Kalian tak akan tau bagaimana pengorbannya , karna kau tak dapat mengurai keperihannya karnaku di kisah ini , aku hanya ingin berbicara tentang keindahannnya.

Hari ini sebuah rahasia terungkap diantara kesengajaan putaran pena,

keping kenangan 20 november


Tak akan terhenti senyumku saat, menulis sekeping cerita lagi,
Setelah sekian minggu aku menjauhkan tangan, mata dan imajinasi dari sebuah keceriaan. Tak ada lagi yang perlu aku tangisi ? setelah semuanya menedekatiku  ! mengisi lagi detik-detikku mengukir kembali kenangan dalam sebuah catatan hidupku.
Yah, apa yang aku tulis tak akan terlepas dari mereka, mereka yang menyaksikan perban ditanganku saat tulang-tulangku mulai tidak sepaham .  mereka benar tentang sebuah inklusi hidup, tentang sejoli yang diciptakan tuhan, apakah kalian tahu apa alasan tuhan menciptakan semua berpasangan ?
 Entahlah,
banyak hal yang tidak kita tau tentang hidup, sebuah rahasia kecil tentang awal, proses dan akhir. Semua tidak terlepas dari sebuah kata, WAKTU.
Ada waktu, dimana kita harus memulai, dengan sebuah tangisan dipelukan ibu, ada waktu dimana kita harus berjalan menikmati peranjakannya, ada waktu dimana kita harus berhenti. Dan perhentian waktu itu, menghampiri ibu dari seorang temanku. Saat itulah aku memliki cerita lagi dengan mereka.

keping kenangan 12 november


Bagaimana sebuah warna bisa memudar, sedangkan percikan warna masih saja disatukan.
Bagaimana juga sebuah rasa bisa dihilangkan, sedangkan penikmat rasa, masih saja menciptakan sebuah cerita. cerita tanpa ada ujung, cerita yang di mulai dengan sebuah cinta dalam wadah persahabatan, dan tetap menjadi sahabat dengan cinta berbeda, Entahlah, semua hanya bisa terjawab oleh masa depan, dan masa depan adalah permainan waktu dan takdir.
Sedari tadi di sebuah café, keceriaan masih saja bergulir dari beberapa gelak yang pecah. Tidak terlalu jauh, tetap di alun-alun dengan lokasi yang lain. Apakah latar cerita indah ini hanya ditakdirkan disebuah alun-alun ? Munkgin hanya waktu dan takdir yang tahu.
Semoga saja gerincing-gerincing gelas saat kami berebut sebuah martabak mie, selalu meramaikan pundi-pundi kesepian. Semoga harapan yang berasal dari mulut yang tak sadar, akan menjadi sebuah kenyataan.Tentang, gurauan mengenai jodoh, masa depan, dan cinta. Semoga juga kelekatan jiwa tetap bersama kekompakan yang tak sengaja dibuai waktu.
Tabungan keindahan akan mengisi masa depan yang penuh dengan pengertian tentang kepahitan,
saat senyum merekah, mungkin saja tangis masih terpendam,
 tetapi saat tangis memecah, semoga saja senyum mendamaikan.
 Kelekatan ini aku titipkan melalui tulisan yang menjinakkan mata, agar selalu melihat sebuah kebahagiaan. Meski aku tak sempat untuk membacanya kembali, tapi aku ingin cerita ini tersampaikan.
Mungkin, di tempat lain, para sahabatku menuliskan hal yang sama dengan caranya sendiri.
Mungkin juga mereka hanya menyimpan dalam ingatan yang kuat.
Dan mungkin ada juga yang mengabadikan lewat sebuah gambar. Kemudian yakinlah, saat melihat ataupun mengingatnya, senyum pasti akan merekah dengan keihklasan.
Tak ada yang persis sama, kami kembali memutar pena.